Menjelang siang kala itu, bel masuk terdengar berbunyi nyaring memenuhi area sekolah tempatku mengajar. Dari jendela kantor, tampak anak-anak saling berlarian menuju kelas masing-masing dengan menenteng jajan yang belum mereka habiskan. Aku pun bersiap merapikan mejaku sebelum masuk ke kelas untuk melanjutkan proses belajar mengajar.
Menurutku, Lulu anak yang aktif dalam menjawab dan menanggapi pertanyaan dan penjelasanku. Sayangnya, beberapa kali aku memberikan soal di papan tulis, hanya Lulu satu-satunya murid yang tidak mau menyelesaikan tugasnya. Bahkan, buku catatannya masih kosong. Saat coba aku tanya pun, dia hanya diam dan menunjukkan raut wajah tidak peduli. Tentu saja saat itu, aku menganggap hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar, namanya masih masa peralihan dari TK ke SD.
Namun, hal ini terus terjadi hingga memasuki pertengahan semester ganjil. Aku mulai curiga, ada apa sebenarnya. Kenapa setiap aku memberi tugas di papan tulis, Lulu tidak tertarik merespons dan mengerjakannya. Berbeda dengan teman-teman lainnya. Padahal, jika aku memberikan tugas dengan buku paket, Lulu selalu selesai paling cepat dengan jawaban yang hampir sempurna.
Sampai akhirnya, aku coba menggali penyebabnya dengan mengajak Lulu membaca tulisan di buku paket, seperti dugaanku hasilnya dia bisa membacanya dengan lancar. Kemudian, aku mencoba menuliskan bacaan di papan tulis agar Lulu membaca dari tempat duduknya. Lagi-lagi dia hanya terdiam dan tidak mau membacanya.
Pelan-pelan aku coba memberikan motivasi kepada Lulu untuk mulai membaca tulisan yang ada di papan tulis. Namun, hasilnya nihil. Sampai akhirnya, aku coba sodorkan lagi buku paket yang berisi bacaan, lantas apa yang terjadi? Dengan suara lantang, Lulu bisa membacanya dengan semangat.
Sampai akhirnya, aku curiga jangan-jangan Lulu tidak bisa membaca tulisan yang ada di papan tulis karena ada masalah dengan penglihatannya. Tentu saja ini kesimpulan yang belum tentu benar. Sejak saat itu, aku mencoba masuk ke dunia Lulu dan memancingnya agar mau bercerita penyebab dia tidak mau membaca tulisan di papan tulis. Ternyata benar saja, mulut mungilnya tiba-tiba bercerita.
Deeeg! Benar saja kecurigaanku. Mengingat, teman-teman Lulu yang duduk di belakang Lulu bisa membaca tulisan yang ada di papan tulis. Artinya, tulisanku bisa terbaca. Selain itu, tempat duduk Lulu pun tidak berada di paling akhir. Alhasil, aku coba menyampaikan hal ini kepada orang tua Lulu. Untungnya, kedua orang tua Lulu kooperatif dengan membawa Lulu ke dokter spesialis mata untuk memeriksakannya.
Ternyata dari hasil pemeriksaan, mata Lulu sudah minus dua. Esok harinya, kedua orang tua Lulu mengucapkan terima kasih berkali-kali karena jika aku tidak melaporkan kejadian di dalam kelas, mereka tidak tahu jika anak kesayangannya memiliki gangguan penglihatan.
Untung saja, kasus Lulu ini segera terdeteksi sehingga risikonya pun bisa diminimalkan. Coba bayangkan, jika Lulu dengan kondisi mata minusnya tidak ketahuan hingga bertahun-tahun. Sudah dipastikan akan mengganggu proses tumbuh kembang Lulu yang berakhir nilai dan prestasi di kelas akan menurun.
Nah, supaya kita makin aware dengan gangguan penglihatan, yuk simak beberapa jenis kelainan refraksi berdasarkan informasi dari P2PTM Kemenkes RI:
Myopia atau dikenal dengan rabun jauh adalah kondisi mata yang menyebabkan penglihatan tidak jelas atau kabur jika melihat obyek yang terletak jauh. Namun, untuk obyek yang terletak dekat, penglihatan akan tampak jelas.
Kelainan refraksi selanjutnya adalah Presbiopia atau rabun dekat usia lanjut. Umumnya, kelainan ini disebabkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi pada usia ≥40 tahun. Jadi, kemampuan melihat dekat atau membaca mulai berkurang.
Hipermetropi merupakan kebalikan dari Myopia. Jika Myopia merupakan kesulitan dalam melihat obyek yang terletak jauh, sedangkan Hipermetropi merupakan kesulitan melihat obyek dekat dengan jelas.
Kelainan refraksi yang terakhir adalah Astigmatism, yakni distorsi penglihatan akibat kelengkungan kornea dan lensa yang tidak sama di berbagai meridian.
Sebenarnya, gangguan mata tidak hanya berupa kelainan refraksi saja, melainkan ada banyak, seperti Glaukoma, Degenerasi Makula, Retinopati Diabetikum, Katarak, Retinitis Pigmentosa, Floater, dan lainnya. Makanya, penting banget untuk mengecek kesehatan mata secara rutin agar bisa mendeteksi gangguan mata sedini mungkin.
Kesehatan mata semestinya menjadi prioritas segala usia. Pasalnya, kelainan mata bisa terjadi pada siapa saja, tidak membedakan usia atau gender. Mau anak-anak, orang dewasa, atau pun lansia bisa saja terkena gangguan mata tanpa kita sadari. Terlebih, kelainan mata bisa menjadi salah satu pemicu kebutaan permanen, lho.
Seperti sekelumit ceritaku di atas, kelainan mata yang dialami oleh Lulu bisa saja diminimalkan jika sejak awal orang tua aware terhadap perkembangan anak terutama dalam kesehatan mata. Nah, berikut ini ada beberapa tips yang bisa dilakukan oleh orang tua agar kesehatan mata anak terjaga.
Tidak dipungkiri, saat ini banyak usia batita atau balita yang “kecanduan” gadget karena kecerobohan pola asuh. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), anak baru boleh dikenalkan dengan gadget saat berusia 18 bulan ke atas. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa aturan penggunaan gadget pada anak yang bisa dijadikan panduan oleh orang tua:
Selain acuan penggunaan gadget di atas, sebaiknya orang tua juga membuat kesepakatan dengan si kecil, kapan dan di mana si kecil boleh menggunakan gadget. Sebaiknya, hindari memberikan gadget saat si kecil rewel, sedang makan, sedang belajar, dan satu jam sebelum si kecil tidur.
Berada di dalam rumah selama sepekan kadang membuat mata lelah karena pemandangan yang dilihat hanya itu-itu saja. Untuk mengatasi hal tersebut, sesekali orang tua bisa mengajak si kecil melakukan kegiatan outdoor. Hal ini bisa menjadi salah satu cara untuk merelaksasi mata dengan melihat pemandangan yang sejuk dan pepohonan yang rindang.
Selain itu, aktivitas outdoor ini juga bisa menjadi salah satu solusi agar si kecil tidak kecanduan bermain gadget. Plus, dapat menjadi sarana edukasi dan stimulus untuk perkembangan si kecil.
Memang rasanya poin ini klise banget, ya? Namun, setiap orang memerlukan asupan gizi seimbang untuk melindungi mata dari dalam. Menurut laman Klinik Mata Utama (KMU), mata membutuhkan nutrisi dan berbagai vitamin, seperti vitamin A, C, D, E, Beta-Karoten, Flavonoid, Asam lemak omega-3, hingga zink.
Nutrisi dan vitamin tersebut mampu melindungi mata dari kerusakan sel, menjaga penglihatan tetap tahan, dan menurunkan risiko munculnya berbagai penyakit mata. Teman-teman tahu kan kalau penyakit mata ada banyak, seperti rabun senja, katarak, degenerasi makula terkait usia, dan lainnya.
Setiap orang mulai dari anak-anak hingga dewasa, dianjurkan untuk memeriksakan mata ke dokter spesialis mata setidaknya dua tahun sekali. Tentunya, hal ini bertujuan untuk mendeteksi masalah penglihatan mata sejak dini agar tidak terjadi gangguan kesehatan mata seperti Lulu yang berujung memengaruhi kemampuan belajarnya.
Sementara itu, bagi orang dewasa yang sudah berumur lebih dari 40 tahun disarankan untuk memeriksakan mata dalam kurun waktu setahun sekali. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyakit mata terkait bertambahnya usia. Karena banyak penyakit mata yang bisa menyerang di usia lebih dari 40 tahun, seperti degenerasi makula, glaukoma, hingga katarak.
Hayo, siapa nih yang sering beraktivitas outdoor di siang hari? Dulu, hampir setiap hari aku selalu naik kendaraan roda dua di siang hari tanpa kacamata pelindung. Alhasil, tanpa disadari setelah beberapa minggu, mataku mulai memerah, berair, dan terasa perih. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengunjungi dokter spesialis mata. Ternyata, mataku iritasi karena setiap hari berkendara tanpa menggunakan kacamata pelindung. Debu, angin, paparan sinar matahari secara langsung menjadi salah satu penyebab utamanya.
Makanya, perlu banget menggunakan kacamata yang dapat memblokir sinar UVA dan UVB saat beraktivitas outdoor. Selain itu, menggunakan topi saat melakukan jalan-jalan di siang hari juga bisa meminimalkan paparan sinar matahari secara langsung. Karena ternyata, mata yang terlalu sering terpapar sinar ultraviolet dapat mengalami katarak, degenerasi makula, kornea terbakar, dan bahkan kanker mata, lho. Mengerikan, bukan?
Selain melakukan langkah-langkah di atas, orang tua juga bisa mencoba Tes Hitung Jari kepada anak sebagai salah satu cara untuk screening awal kesehatan mata. Oya, jika teman-teman ingin melakukan Tes Hitung Jari ini harus dilakukan oleh dua orang, ya. Karena dibutuhkan peraga untuk mempraktikkan jumlah jari yang harus ditebak. Berikut ini beberapa langkah mudah untuk melakukan tes hitung jari di rumah. (Sumber IG Eyelink Grup)
1
2
3
4
Nah, jika dari hasil tes hitung jari ini teman-teman merasa kesulitan melihat di bawah jarak 6 meter, segera cek kesehatan mata ke tenaga profesional, ya! Jangan ditunda-tunda karena pemeriksaan kesehatan mata lebih cepat tentu lebih baik.
Kemarin, saat aku scrool akun Instagram @eyelink.id rasa takjub meletup. Pasalnya, di akun IG tersebut banyak edukasi seputar kesehatan mata, plus banyak kegiatan sosial terkait kesehatan mata. Menurutku, hal semacam ini bisa menjadi salah satu cara untuk mewujudkan Meaningful Life sesungguhnya. Nah, buat teman-teman yang belum tahu apa dan siapa Eyelink Group, yuk kenalan dulu.
Eyelink Group merupakan pusat layanan kesehatan mata dan manajemen untuk penyedia layanan kesehatan mata yang berpengalaman sejak 2010. Singkatnya, Eyelink adalah sebuah lini bisnis yang berfokus ke manajerial medikal spesialis mata. Jadi, Eyelink bukan klinik mata atau rumah sakit mata, ya. Eyelink menyediakan jasa consultation atau supporting bantuan lain yang dibutuhkan untuk bisnis medikal mata. Namun, Eyelink Group juga bekerja sama dengan berbagai Rumah Sakit dan Klinik/Poli Mata. Salah satunya, Klinik Mata KMU yang tersebar di berbagai wilayah.
Nah, untuk teman-teman yang ingin memiliki klinik/poli mata sendiri, bisa banget bergabung dengan Eyelink Group untuk mewujudkan impiannya. Kenapa harus Eyelink Group? Karena Eyelink Hospital Partner membuka peluang kerja sama sekaligus memberi solusi dalam mewujudkan poli/klinik mata untuk berbagai pihak. Jadi, bisa bikin poli/klinik mata tanpa pusing. Untuk lebih jelasnya, teman-teman bisa menyimak beberapa poin management poli mata Eyelink Group di bawah ini.
Eyelink Group terus berinovasi dengan meningkatkan management yang terintegrasi. Hal ini juga selaras dengan visi misi Eyelink Group, yakni menjadi pusat layanan kesehatan mata terbaik di Indonesia. Nah, berikut ini beberapa keuntungan yang akan diperoleh jika menjadi mitra Eyelink Group.
Untuk meraih Meaningful Life, Eyelink Group mewujudkan berbagai inovasi dan pelayanan yang tidak hanya berpusat pada orientasi bisnis. Melainkan, Eyelink Group juga berupaya untuk berkontribusi dalam aspek sosial. Eyelink Group memiliki tiga komitmen dalam bentuk nilai dan budaya, yaitu: Profesional, Edukasional, dan Sosial (Proedusocio) yang diaplikasikan di berbagai lini dan SDM (dokter mata, perawat, hingga staf). Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pelayanan terbaik yang bermanfaat bagi masyarakat. Nah, berikut ini beberapa kontribusi nyata Eyelink Group untuk Kesehatan Mata Masyarakat Indonesia.
Eyelink Foundation adalah salah satu yayasan dari Eyelink Group yang menghimpun berbagai aktivitas sosial terkait kesehatan mata. Eyelink Foundation berfokus pada misi pemberantasan kebutaan akibat gangguan mata. Sampai saat ini, Eyelink Foundation sudah melakukan operasi katarak sebanyak 6.000 mata selama lebih dari 10 tahun.
Tentunya, dengan biaya gratis. Sementara itu, Eyelink Education merupakan usaha Eyelink Group dalam memberikan info lengkap seputar kesehatan mata. Di channel Youtube Eyelink juga menyuguhkan konten-konten edukasi seperti informasi operasi katarak.
Dokter Mata merupakan platform konsultasi kesehatan mata online melalui chat atau live dengan Dokter Spesialis Mata di Indonesia secara gratis. Selain bisa konsultasi dengan dokter spesialis mata, kita juga akan mendapatkan edukasi seputar kesehatan mata secara langsung dari Dokter Spesialis Mata.
Seperti yang sudah aku sebutkan di atas kalau Eyelink Group ini merupakan bagian dari KMU Eye Hospital, KMU Eye Bank, hingga KMU Eye Clinic yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Menariknya, jika kita ingin mendonorkan kornea untuk membantu orang lain agar terbebas dari kebutaan, kita bisa menghubungi KMU Eye Bank.
Sementara itu, KMU Eye Hospital adalah Rumah Sakit mata yang dikelola Eyelink Group untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan ketersediaan layanan rawat jalan, rawat inap, hingga IGD. Pada tahun 2017, Eyelink Group bekerja sama dengan Dompet Dhuafa, dan Badan Wakaf Indonesia membangun RS Mata Achmad Wardi yang merupakan rumah sakit khusus mata pertama berbasis wakaf di kota Serang.
Untuk KMU Eye Clinic memberikan layanan kesehatan mata rawat jalan yang khusus menangani gangguan atau penyakit mata. Klinik KMU ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Gersik, Lamongan, Sidoarjo, hingga Madura.
Lagi-lagi aku kagum banget dengan layanan yang ditawarkan oleh Eyelink Group. Pasalnya, Eyelink Group memiliki Pusat Bedah Refraktif Nasional dengan layanan yang komprehensif. Sejak tahun 2018, para pendiri National Eye Center (NEC) yang terdiri dari para dokter spesialis mata ini berfokus pada fenomena kelainan refraksi yang terjadi di Indonesia. Pasalnya, fakta menunjukkan bahwa kelainan refraksi adalah salah satu penyebab paling umum dari gangguan penglihatan di seluruh dunia. Bahkan, kelainan refraksi ini juga menjadi penyebab kedua kebutaan.
Penderita Myopia Dewasa
48,1 %
Menurut laman Eyelink Group, prevalensi atau populasi penderita rabun jauh (myopia) dewasa mencapai 48,1%. Umumnya, myopia ini terjadi pada orang dewasa berusia di atas 21 tahun yang bisa berakibat menurunnya produktivitas. Maka dari itu, NEC lahir dengan layanan unggulan National Lasik Center (NLC) yang menawarkan layanan Lasik sebagai alternatif untuk koreksi penglihatan, selain kacamata dan lensa kontak.
Tak bisa dipungkiri, seiring kemajuan digitalisasi maka makin banyak masyarakat mengoptimalkan penggunaan gadget. Selaras dengan data per Februari 2022 yang menunjukkan terdapat 370 juta handphone aktif padahal total penduduk Indonesia 277,7 juta jiwa. Artinya, total gadget di Indonesia lebih banyak daripada jumlah penduduk. Sedangkan jumlah pengguna internet mencapai 204,7 juta atau sebanyak 73,7 persen dari total populasi.
Juta
Penduduk Indonesia
Juta
Pengguna Internet
Juta
Handphone Aktif
dari
Total Populasi
Makin banyak pengguna gadget ini ternyata memiliki kolerasi dengan meningkatnya jumlah kasus kesehatan mata, terutama kelainan refraksi. Aku pun sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas memiliki kelainan refraksi Myopia (rabun jauh) atau yang lebih dikenal adalah mata minus. Sungguh, memiliki kelainan refraksi Myopia ini kadang menyulitkan penglihatanku, apalagi jika lupa tidak memakai kacamata saat beraktivitas. Karena itu, melalui peringatan World Sight Day atau Hari Penglihatan Dunia yang diperingati pada Hari Kamis di Minggu kedua pada Bulan Oktober, semoga bisa membuka awareness teman-teman terkait kesehatan mata.
Apabila kesehatan mata terjaga dan rutin memeriksakan mata, tentunya kualitas hidup kita akan makin meningkat. Jangan lupa untuk selalu bijak menggunakan obat mata, baik obat tetes mata atau pun tablet. Pastikan, obat mata yang kita konsumsi merupakan resep dari dokter spesialis mata. Karena penggunaan obat tetes tanpa resep dokter berisiko memperparah dan memperburuk kondisi kesehatan mata kita. Semoga, aku, kamu, dan kita semua bisa selalu merasakan Meaningful Life yang didasari oleh rasa syukur atas kesehatan dan kesempurnaan penglihatan. Aamiin
Sumber:
Youtube:
Website :
Tentang kesehatan mata ini memang sangat lah penting. Harus dijaga dan dirawat sejak dini. Kebanyakan orang akan menyesal jika mata sudah bermasalah.
Ternyata bahaya banget ya kalau tidak memperhatikan kesehatan mata anak. Untungnya Lulu cepet ketahuan kalau punya masalah refraksi mata (myopia)
Banyak juga ternyata cabang Klinik mata KMU. Boleh nih bulan depan mau cobain periksa. Kebetulan udah lama nggak cek mata. Seperti agak buram kalau lihat objek di kejauhan.